Tiap hari bolak-balik kantor berjarak 10 kilo lumayan menginspirasi. Di sela-sela keasikan nyetir, sempat tepikir juga tentang para pengendara. Sedikit perenungan, berkendara* bagaikan menjalani kehidupan.
Jalan yang lurus bukan berarti tak berlobang – sekalipun berusaha hidup lurus, tetap ada cobaan dan khilaf.
Hampir tidak ada jalan yang benar-benar lurus, meski sedikit tetap lenggak-lenggok – lika-liku kehidupan.
Banyak pengendara yang melanggar marka jalan dan aturan lainnya – orang sudah tidak mempedulikan aturan. Asal tidak ketauan petugas keamanan, silakan melanggar. J Menyedihkan.
Lampu kuning harusnya berhati-hati, malah pada ngebut berharap bisa lewat – selalu buru-buru, tidak waspada, tidak peduli aturan. Berbahaya!!!
Saling menyalip – tidak penting siapa yang duluan jalan, yang terdepanlah yang menang. Asal tidak melanggar aturan kecepatan, menang dengan jujur.
* saya membandingkan dengan berkendara di jalanan Bengkulu.
21 Januari 2011. Berkendara juga ada hikmahnya. Hihi..
pengalaman emank guru yg ampuh,
isi ceritny terasa memaksakan diri,
intiny susah d serap^^