Ikan Siapa?

Senin, 28 Februari 2011
Mencari masalah tidaklah sulit. Mau bukti? Rasa-rasanya tidak perlu, karena tanpa dicaripun masalah sudah berseliweran di sekitar. Semua orang pasti mengalami.
Yang sulit adalah mencari solusi. Terbukti, masalah-masalah yang mencuat di tivi hampir tak punya solusi terealisasi. Okelah, itukan masalah besar. Biarkan orang-orang besar itu yang urus. Gak ikut-ikutan ah, takut terombang-ambing arus politik.
Bagaimana dengan masalah kecil? Apakah sama sulitnya?
Mengingat. Mencerna. Merenungkan.

Terkisah beberapa pemancing mengambil tempat tidak berjauhan. Karena lelah tidak jua mendapat ikan, mereka tertidur. Saat itulah seekor ikan memakan umpan salah satu dari mereka. Ikan terjerat. Meronta. Bergerak kesana kemari menyebabkan semua benang para pemancing saling membelit. Kusut. Masalah. Saat tersadar, para pemancing punya tugas maha penting. Yakni menentukan ikan itu terjerat kail siapa, milik siapa?

Ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Pertama, tarik dari jorannya. Tapi persentase keberhasilan bergantung jumlah joran, semakin banyak joran maka semakin kecil kemungkinannya. Misal ada empat joran, sama artinya 100%/4 yakni 25%; atau ada lima joran sama dengan 100%/5 yakni 20%.
Pendekatan kedua, ditarik dari ikannya. Persentase 100%.
Begitulah. Memang terlihat mudah. Sayangnya cenderung saat tidak jernih, saat terlilit masalah, hal yang mudah jadi tidak terlihat. Berapa banyak masalah yang harusnya mudah jadi tidak terselesaikan. Mari kita membiasakan diri untuk selalu jernih hingga bisa meraih keputusan solusi terbaik.


28 Februari 2011. Masalah. Masalah. Masalah. Solusi. Solusi. Solusi. Hanya seberapa jernih pikiran dan hati untuk mengkaji.

Melompat, Tanggung Resiko

Kamis, 24 Februari 2011
Di tulisan sebelumnya, Tak Harus Melompat - Yang Penting Terus Melangkah, dibicarakan tentang peluang lompatan dalam meraih kesusksesan. Yakni 25% tepat dan sisanya 75% gagal. Beresiko.
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Membaca. Memahami. Merenungkan.
Menurut Safir Senduk, ada lima hal yang bisa dilakukan berkaitan dengan resiko, yakni hindari, kurangi, hadapi, bagi dan transfer resiko tersebut. Tulisan sebelumnya lebih mengarah ke menghindari resiko, dengan melangkah bertahap. Alon-alon waton kelakon. Biar lambat asal selamat.
Tapi…. ada kalanya tidak sabar menghampiri. Dengan kemampuan yang dimiliki, merasa mampu menggapai lebih dari dua tiga anak tangga dengan melompat sekali. Bolehkah? Tentu saja boleh. Selama tak melanggar norma, tak satupun berhak melanggar.
Dengan catatan, tanggung resiko. Ibarat pembalap pro. Menjalankan profesi dengan menantang maut. Beresiko menghadapi kematian. Tapi tetap saja dilakukan. Kenapa? Karena ternyata resiko tersebut bisa diminimalisir. Dengan cara menggunakan helm dan baju pelindung. Manajemen resiko.
Dalam menuju kesuksesanpun demikian. Mengkaji segala kemungkinan kemudian menyimpulkan bentuk perlindungan demi keselamatan. Siapkan mental, dana, upaya sedemikian, demi meminimalkan dampak kegagalan. Dan melompatlah sesuai perhitungan kemampuan. Berharap akan keberhasilan. Sekalipun gagal masih bisa tersenyum nyaman.

24 Februari 2011. Melompat? Berharap akselerasi keberhasilan. Boleh. Boleh. Boleh.

Maafkan Saya

Rabu, 23 Februari 2011
Mohon maaf sebesar-besarnya, seminggu ini saya memang belum bisa posting di sini, tapi saya tidak berhenti nulis kok. Bolehlah kiranya sahabat baca tulisan saya di blog sahabat mas Chandra.

Green Your Mind

Minggu, 13 Februari 2011


Green your mind. Hijaukan pikiranmu.
Bicara tentang penghijauan, teringat tentang hutan gundul yang harus dihijaukan. Hutan gundul yang bisa menyebabkan banjir. Hutan gundul yang menyebabkan berkurangnya tempat penyimpanan karbon. Penumpukan karbon yang menyebabkan efek rumah kaca, yang berujung pada pemanasan global.

Pemanasan Global ala Wikipedia
Tentu sebagian besar dari kita – terutama para penulis dan tentu saja para juri dalam kontes ini – paham betul tentang pemanasan global (global warming), sebab terjadi, dan solusi terbaik untuk mencegahnya. Tapi izinkanlah saya menerangkannya kembali.
Berdasarkan informasi yang disampaikan wikipedia, penulis mencatat beberapa hal penting, yaitu:
  • Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
  • Beberapa hal yang diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain.
  • Penyebab pemanasan global adalah efek rumah kaca, efek umpan balik, dan variasi matahari.
  • Dampak pemanasan global diantaranya iklim mulai tidak stabil, peningkatan permukaan air laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, dampak sosial dan politik. Dan tentu akan ada dampak susulan di bidang lainnya.
  • Perdebatan tentang pemanasan global. Tidak semua ilmuan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi membantah bahwa masih terlalu dini untuk memprediksi tentang keadaan di masa depan.
  • Cara untuk mengendalikan pemanasan global yaitu dengan menghilangkan karbon; dan persetujuan internasional (perjanjian Kyoto).
Dari apa yang dituliskan di wikipedia, ada tiga pendapat ilmuan mengenai ada tidaknya pemanasan global, yaitu:
  1. Sebagian ilmuan mempertanyakan apa benar suhu meningkat.
  2. Sebagian ilmuan mengakui telah terjadi perubahan, tapi menyatakan masih terlalu dini membuat prediksi.
  3. Telah terjadi, karena itu diteliti sebab terjadinya, akibatnya ke depan, dan cara mencegah agar tidak semakin parah.
Berpikir baik itu baik, bolehlah berpihak pada pendapat satu dan dua, dan selesai sampai di sini. Tapi berpikir waspada juga baik, mengkaji pendapat ketiga. Sejauhmana kita mengenal dan peduli dengannya. Kendala apa yang dihadapi. Apa yang sebaiknya dilakukan.

Pengetahuan dan Sikap
Baiklah, sudah ditetapkan untuk bersikap waspada. Karena pemanasan global sudah di depan mata. Dan kengerian menguntit di belakangnya. Jadi janganlah lagi menunda-nunda. Memperluas wacana. Teguhkan hati mantapkan jiwa. Ikhlas dan sukarela dalam proses penyelamatan dunia.
Pengetahuan masyarakat sangat penting peranannya. Asalkan diikuti juga dengan perilaku yang sesuai.
Mengutip tulisan DR. Dr. Taufik Pasiak, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Manado dalam majalah Suara Muhammadiyah No. 24/Tahun ke-95. Tak semua orang akan bertindak serupa meski memiliki penyebab yang sama. Apa yang membedakan? Luasnya wawasan, pikiran positif, pandangan jauh ke depan dan mentalitas yang telah terdidik dengan hal-hal baik. Faktor pendidikan tidak dicantumkan karena ternyata faktor ini tidak begitu besar peranannya. Makin tinggi pendidikan tidak berbanding lurus dengan perilaku tertentu.
Karena keterbatasan waktu, penulis memang tidak melakukan riset dan penelitian tentang pengetahuan masyarakat. Tapi dari beberapa pertanyaan ringan terhadap orang sekitar dan brainstorming ide dengan kawan dan kerabat, didapat kesimpulan ada tiga jenis individu masyarakat dalam kaitannya dengan pengetahuan tentang pemanasan global, yaitu:
  1. Polos, orang yang benar-benar tidak tahu.
  2. Acuh, orang yang tidak mau tahu atau tahu tapi tidak peduli.
  3. Bijak, orang yang tahu dan peduli, seperti para penyelenggara kontes ini.
Untuk yang masuk dalam kategori Bijak, penulis mengucapkan terimakasih yang sangat besar atas kepeduliannya.
Untuk kategori Polos, dengan promosi yang baik, gencar dan intens diharapkan mereka berevolusi menjadi orang dalam kategori ketiga, Bijak.
Kategori kedualah yang paling ditakuti dan perlu diwaspadai sepak terjangnya. Mereka perlu dirangkul lebih. Bisa jadi bukan karena tidak mau membantu. Tentu ada alasan di baliknya. Berikut faktor yang mungkin menjadi penyebab:
  • Memang kebutuhan masyarakat dan tidak ada komitmen dari pihak produsen. Contoh yang paling umum, paling bawah, paling menjangkau masyarakat, penggunaan kantong plastik (kresek), botol minuman plastik, makanan siap saji, makanan instan. Bukan karena tidak tahu, tapi sangat butuh. Memang beberapa produsen sudah mencantumkan logo daur ulang dalam kemasannya, tapi hampir tidak pernah disinggung dalam promo semisal iklan.
  • Alternatif yang diberikan tidak mudah. Dalam arti lain bisa jadi mahal, tidak maksimal penggunaannya atau sulit didapat. Misal kami warga Bengkulu tidak tahu dimana mendapatkan kantong kertas sebagai pengganti kantong kresek.
  • Banyak hal lain yang mendesak untuk dipikirkan. Boro-boro memikirkan pemanasan global, untuk kehidupan sehari-hari saja tidak pasti. Bahkan ada yang tidak peduli kesehatan. Seperti yang terjadi di sepanjang aliran Sungai Itam Bengkulu. Sungai ini banyak mengandung endapan batubara. Penduduk sekitar yang kurang mampu, bahkan sampai ke anak usia sekolah menghabiskan waktu untuk mendulang, tanpa menyadari bahaya yang menguntit. Jangankan memikirkan pemanasan global, untuk kesehatan dan hidupnya pun tidak terpikirkan dengan jernih.
  • Tidak adanya aturan yang jelas, kurangnya campur tangan pemerintah. Memang ada undang-undangnya, tapi implementasi kurang. Terlihat seakan tidak serius. Semisal di Kota Bengkulu, berdasarkan informasi dari RBTV – salah satu TV lokal Bengkulu, penghijauan sebanyak 30% dari luas wilayah kota belum tercapai.

Terus Berjuang
Terlepas dari sikap dan perilaku masyarakat peduli atau acuh, ada atau tidaknya dukungan pemerintah, tidak ada alasan untuk berhenti berjuang.
Langkah apa yang bisa kita tempuh? Banyak. Banyak sekali. Cukuplah penulis membeberkan beberapa garis besar di antaranya:
  • Promosi yang gencar. Bisa lewat iklan TV atau seruan di media cetak, atau pengadaan lomba-lomba semisal lomba menulis.
  • Pengadaan program peduli lingkungan. Seperti seminar, training camp, talk show.
  • Pembentukan komunitas. Tempat berkumpulnya para pejuang. Menampung ide-ide cerdas. Turun ke jalan sebagai relawan.
Mengutip beberapa pesan dari mas Ahmad Fuadi dalam buku terbarunya Ranah 3 Warna, semoga menambah motivasi dan ketulusan hati: Iza shadaqal azmu wadaha sabil – kalau sudah jelas dan benar keinginan, akan terbukalah jalan; khairunnas anfauhum linnas – sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain; berjalanlah sampai batas, berlayarlah sampai ke pulau, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang; fastabiqul khairat – berkompetisilah untuk kebaikan.
Bagaimanapun, kitalah para penghuni bumi. Sengaja atau tidak, andil kita pulalah yang akan menentukan masa depan dunia.
Menjadi pribadi yang acuh atau peduli? Tentukan pilihanmu, kemudian lihat apa yang terjadi.
Hijaukan pikiranmu. Green your mind.



15 Februari 2011. Tak bermaksud menggurui. Apalagi menasehati. Setiap kata yang tersaji. Bukan kata maki dan tidak sebatas janji. Disampaikan dari dan untuk hati. Berharap selalu terpatri. Sebagai media pengingat diri. Agar terus instrospeksi. Menggapai kesadaran suci. Mengharap ridho Ilahi.

Not Action, XXX Only

Waah, judulnya saru pake 'xxx'. Judul yang aneh.

Ide besar tidak akan berarti jika sebatas pemikiran. Satu hal penting yang harus dilakukan adalah aksi, melakukan. Jejakkan gagasan ke alam nyata, dan mulailah melangkah.
Mendengar. Mencerna. Merenungkan.
Teringat salah satu mentor EU bicara tentang NATO, NACO, NARO.
Apa?
Sekali lagi. NATO NACO dan NARO. Bukan Nata de Coco.. hihi..
NATO. Kayak Iklan aja. Dan memang yang ini sudah umum kita dengar. Not Action Talk Only. Bicara saja tanpa aksi. Besak ota dak bebuek. Gede lambe ra tau nggawe.
Hal besar apapun yang terungkap tanpa dilanjutkan perwujudan akan ternilai sebagai bualan. Tentu yang menyatakan dicap seorang pembual. Maka berbuatlah.
NATO saja belum seberapa. Dua penyakit yang mengiringnya lebih parah. NACO dan NARO.
NACO. Not Action Concept Only. Pemikiran sudah bagus. Tidak sekedar bicara, malahan sudah merapal ranah konsep. Hanya.. Hanya saja.. Hanya saja baru sebatas itu. Tidak berani berlaku. Hanya konsep yang diagung-agungkan, dielu-elu. Kenapa? Lakukanlah. Do it, kemudian lihat apa yang terjadi.
NARO. Not Action Review Only. preeet... Konsep yang ada terus diperbarui. Namun lagi-lagi tiada iringan aksi. Tak pernah unjuk gigi.


13 Februari 2011. Dini hari. Berpikir sampai lupa diri. Ide besar, sudah dikonsep, bahkan direvisi pula; takkan berarti tanpa satu langkah pasti; aksi. Mari-mari, berani mimpi berani aksi.

Tak Harus Melompat - Yang Penting Terus Melangkah

Kamis, 10 Februari 2011

Jika dipinta memilah peluang 100% dan 25%, kawan pilih yang mana? Loh.. loh.. apa ini pake persen-persen? Hehe.. J sekedar analogi.

Mendengar. Mencerna. Merenungkan.

Seorang sahabat mengisahkan ini, sudilah kawan mendengar ocehan perpanjangan dari saya.

Jika engkau ingin menapaki tangga kesuksesan, naikilah anak tangga satu per satu. Sebaiknya tidak terburu melakukan lompatan besar jika belum memastikan tempat berpijak. Lalu apa hubungannya dengan 100 dan 25 persen tadi?

Baiklah..

Jika melangkah bertahap, satu demi satu anak tangga, peluang untuk naik dengan selamat bisa mencapai 100%.

Tapi saat melakukan lompatan besar, haruslah ada persiapan matang. Jika tidak matang, peluang berhasil bisa turun sampai 25%. Apa saja? 25% pertama melompat terlalu jauh melewati sasaran, gamang berpijak, kemungkinan jatuh; 25% kedua, kebalikannya lompatan terlalu pendek tidak sampai sasaran, gamang, jatuh; 25% berikutnya berhasil mendarat di sasaran tapi tidak mantab, jatuh juga; barulah 25% yang terakhir berhasil dengan pijakan mantab, selamat.

Itulah kawan, bukan bermaksud melarang. Hanya memberi pertimbangan. Sekalipun berkeras ingin melakukan lompatan, persiapkanlah dengan baik.


10 Februari 2011. Sepandai itu tupai melompat, bisa jatuh juga. Belum bisa melompat cukuplah berjalan saja. Yang penting melangkah.

Krida Adhi Nugraha, Award Berikutnya Semakin Menggoda

Selang satu hari setelah award dari mas Fikri, dapat satu lagi dari http://newblogcamp.com/
Awardnya lucu dan yang bikin bangga limited edition. Award ini diperoleh karena berpartisipasi dalam Kontes Unggulan Cermin Berhikmah. Yang belum tau, bolehlah menyempatkan baca karya narsis saya ya. Terimakasih.

Award Pertama Begitu Menggoda

Rabu, 09 Februari 2011

Senin pagi dikabari mas Fikri bahwa dia ngirimin award. “Ada sebuah award kecil-kecilan dariku, silakan diambil di sini jika berkenan. :) ,” katanya. What a big surprise. Kecil bagi dia, tapi sungguh besar artinya bagi saya.

Maklum newbie, jadi harus cari-cari tau dulu harus ngapain. Dengan sedikit ilmu mencoba menerima kepercayaan award ini dengan mengerjakan empat tugas.

1. Thank and link to the person who awarded me this award.

Terimakasih banyak mas Fikri yang sudah menganugerahi award ini. Sungguh pemberian yang sangat berarti, menambah percaya diri, makin termotivasi.

2. Share 8 things about myself.

Sebenarnya banyak hal yang bisa diceritakan. Karena cuma diminta delapan, saya persempit ke kenangan-kenangan pahit. Dengan ini kawan bisa mengenal banyak kekurangan saya. Semoga dengan semakin mengenal, terutama kekurangan, jadi semakin cinta.. :) hahai..

Sekedar menegaskan, kekurangan berikut tidak sedikitpun menyurutkan langkah. Percaya Tuhan itu adil. Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan.

  • Sudah divonis malaria sebelum jaman sekolah.
  • Patah/terkilir siku lengan kiri 2x sebelum umur 7 tahun. Akibatnya sampai sekarang jari-jari tangan kiri tidak bisa menyentuh bahu kiri.
  • Infeksi saluran Eustachius, saluran yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan bagian belakang. Telinga dan hidung dipenuhi lendir. Disedot, bayangkan dalam keadaan sadar, pipa penyedot dimasukkan ke telinga dan hidung. Hueks..
  • Kesetrum sampai mulut berbuih tahun 2000 pas di hari ulang tahun. Meninggalkan jejak luka bakar di ujung jari tengah dan pangkal jempol tangan kanan.
  • Kuku jari kelingking kaki kanan tidak tumbuh normal lagi. Infeksi, dipotong tim kesehatan kampus pas jadi ketua ospek fakultas tahun 2006. Kuku dilipat sampai ke pangkal, kemudian dipotong pake gunting. Waktu itu cuma dibius semprot. Belum sembuh, sudah dibawa main bola. Tambah parah.
  • Dikira batuk biasa, ternyata Bronchitis Kronis. Divonis akhir tahun 2008. Bu Dokter cantik marah dikiranya saya perokok aktif. Di usia semuda itu paru-paru sudah tidak bagus.
  • Ditahun yang sama 2008, terpaksa cabut gigi. Lobang menganga tidak mungkin ditambal lagi.
  • Umur yang sudah 25 lebih belum tumbuh gigi geraham bungsu. Dokter gigi menyarankan rontgen, tapi belum dilakukan, takut.

3. Pay it forward to 8 bloggers that I have recently discovered.

Haduh, yang ini berat. Boleh nawar ya. Sebenarnya bisa kirim kedelapan orang, tapi dengan berbagai pertimbangan, saya tawar jadi empat. Award ini saya dedikasikan ke:

  • Ria Mustika Pasha, karena eksistensinya saya termotivasi untuk nge-blog.
  • Karina Utami Dewi, alasannya sama dengan di atas.
  • Rio Saputra, sejak pulang ke Bengkulu jarang ketemu pemuda aktif yang optimis, penuh motivasi dan inspiratif. Terkenang kawan-kawan baik di Jogja.
  • Syaifullah Arifin, yang sudah memberi masukan untuk perkembangan blog saya. Terimakasih. Ditunggu saran berikutnya.

4. Contact those blogger and tell them about their awards.

Oke, segera dilakukan.


9 Februari 2011. Award pertama. Campur aduk berbagai rasa. Terimakasih mas Fikri.

Aturan Untuk Dilanggar. Benarkah?

Selasa, 08 Februari 2011

Aturan dibuat untuk dilanggar. Statement ini selain salah juga sangat berbahaya. Meski sebatas guyonan. Beberapa kawan yang melanggar, membela diri dengan kalimat tersebut. Mengerikan. Sesat dan menyesatkan.

Aturan dibuat bukan untuk dilanggar loh, tapi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan, apakah harus atau tidak boleh dilakukan. Dalam hal ini, aturan bersifat mengikat. Artinya jika aturan tidak ditaati, maka pelanggar harus dihukum.

Melihat. Memperhatikan. Merenungkan.

Dan ternyata oh ternyata, di sekitar kita aturan memang lebih mudah dilanggar daripada ditaati. Kok bisa? Apa yang salah? Siapa yang bertanggungjawab?

Pelanggaran terjadi karena tidak konsistennya para penegak aturan. Tidak konsekuen dengan aturan yang ditetapkan. Tidak komitmen dengan hukuman yang harus ditegakkan. Ah masa sih, apa buktinya? Baiklah.

Pertama. Yang berhak menghukum justru melanggar aturan. Misal : polisi berkendara motor tidak berhelm di jalan raya; guru merokok di depan siswa yang dilarangnya.

gambar dari blognya mas AhmedFiKreatif

Kedua. Pengajar/pendidik, pemimpin, pejabat, orang-orang yang berpengaruh mencontohkan pelanggaran. Misal : guru telat masuk kelas tapi segera keluar sebelum jam pelajaran berakhir; koruptor dihukum seadanya; polantas melanggar marka. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jika yang patut digugu melanggar aturan, bagaimana para penggugunya?

Aturan dibuat pasti dengan niat mencapai kebaikan. Ada hikmah di baliknya. Ada guna. Ada fungsi. Hendaknya kita mentaati aturan. Konsisten menjalani. Komitmen terhadap sanksi.


8 Februari 2011. Mohon maaf sebesar-besarnya. Tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu. Tak bermaksud menyalahkan. Tidak pula membandingkan. Hanya ingin kebaikan dibalik tegaknya aturan. Jika ada kata yang salah, mohon diingatkan dan diluruskan.

Untuk Apa Berbenah Diri

Senin, 07 Februari 2011

Sudah beberapa bulan mencoba untuk lebih baik, berusaha berbenah diri. Muncul satu pertanyaan penting, untuk apa? Gunakah?

Kadang beban iri melihat yang lebih sukses justru dari cara yang tidak baik. Sukses dengan tidak jujur. Sukses lewat cara korupsi. Sukses dengan mengangkangi aturan. Jadi kenapa harus berbenah?

Tantangan. Cobaan. Hasutan.

Kematian. Tujuan paling puncak dari segala kelakuan. Kehidupan setelah berpulang.

Dia datang kapan saja. Tak pandang siang. Tak pandang malam. Pagi, sore, malam padam peluang.

Dia mampir dimana saja. Tak pandang rumah. Tak pandang sekolah. Kantin, pasar, bengkel berbalut gelisah.

Dia hinggap ke siapa saja. Tak pandang selebritis. Tak pandang kolumnis. Politikus, guru, ustad dibikin meringis.

Tak banyak yang bisa dibagi. Tiap orang berpeluk agamanya sendiri. Berbuat tingkah sesuai ajaran. Jalani hidup penuh kebaikan. Tak perlu iri teman korupsi. Tak perlu segan ke pengangkang aturan. Sukses hakiki tak sebatas umur kehidupan. Tapi cermatilah di ambang kepulangan.



7 Februari 2011. Terinspirasi dari berita di tv. Bahkan orang yang disegani, dihormati, disayangi bisa dipanggil ke pangkuan Ilahi. Tepekur. Semangat berbenah diri.

Belajar..

Jumat, 04 Februari 2011

Tau BAB? Maaf, Buang Air Besar.

BAAB? Buang Air Agak Besar. J

Kalo BATB? Hmm.. apa ya? Bukan. Bukan. Yang ini tidak ada hubungannya dengan buang-buang air. Ini singkatan ciptaan sendiri, sekedar inovasi, biar tidak terus-terusan sensi, baca tulisan saya yang tidak seksi, karena sering ngangkat tema basi.

Baiklah. B-A-T-B.. Belajarlah Agar Tak Buta.

Maaf, sama sekali tidak bermaksud mendeskreditkan kawan-kawan yang punya kekurangan penglihatan (tunanetra). Bahkan kita semua tau, kawan yang punya kekurangan di fisik justru punya kelebihan di bidang lain, termasuk yang buta secara fisik, malah banyak jadi panutan.

Yang saya maksud di sini sebuah analogi, lebih ditegaskan pada orang yang buta pikirannya karena kurang ilmu. Kurang belajar. Yang dapat berimbas pada cara berpikir yang melenceng dan sikap mental yang salah. Penyakit yang kemudian berkembang, menular dan membentuk sekumpulan orang-orang berpikiran sempit. Bahkan, kita bisa lihat orang yang berpendidikan tinggipun bisa terkena penyakit ini. Apa buktinya? Sering kok kita lihat di tv, sikap mental yang negatif, mudah marah, pecah konflik, emosi labil, pengambil keputusan yang tidak bijak, bangga sebagai narapidana, menjabat pimpinan selamanya, menghujat sana sini, makan kawan, unjuk kekerasan, dan lainnya. Maaf jika saya salah, mohon diluruskan.

Melihat. Mendengar. Memperhatikan. Mengkaji. Merenungkan.

Dua analogi yang akan saya bagi ini bukan barang baru, cerita lama. Tapi tetap menarik untuk diulik, dan tentu saja unik.

Pertama, kisah empat orang buta yang diminta mengenali gajah. Sedang keempatnya belum pernah tau tentang hewan paling berbobot di daratan itu. Karena keterbatasan waktu, masing-masing mereka hanya sempat meraba satu bagian tubuh; kaki, telinga, belalai, ekor.

Apa yang terjadi? Keempatnya mengambil kesimpulan yang berbeda. Yang pegang kaki bilang gajah seperti batang pinang. Yang pegang telinga bilang seperti kipas. Yang lain beda lagi. Lantas apakah mereka salah? Rasanya tidak juga, tapi ada baiknya mereka diberi kesempatan lagi biar bisa meraba/mempelajari gajah lebih jauh dan jawabannya jadi lebih benar. Jadi? Eits tunggu dulu. Jangan terburu menyimpulkan. Masih ada satu kisah lagi. Sekedar bahan perbandingan.

Kisah seorang buta dari lahir. Satu hari diberkahi kesempatan melihat sekejap dan satu-satunya binatang yang dia lihat adalah ayam. Apa yang terjadi? Saat kawannya bercerita tentang hewan lain, misalnya cerita kambing, maka dia otomatis membandingkannya dengan ayam dan bertanya rupa kambing sambil membayangkan bentuknya dibanding ayam. Kenapa? Karena pengetahuannya sebatas ayam.

Melihat. Mendengar. Memperhatikan. Mengkaji. Merenungkan.

Kisah tadi kita analogikan ke dalam proses belajar. Jika kita hanya sekali belajar, apalagi belajarnya sekejap saja, kita akan sama seperti dua kisah si buta di atas, ilmu yang terbatas. Pengambilan kesimpulan yang terbatas. Dan ini akan diperparah jika mengidap penyakit tambahan berikut:

  1. Gedang ota, ngota bae. Besar mulut padahal ilmu terbatas. Pembicaraan jadi tidak mutu. Kadang sekedar bicara tanpa aksi. Bahasa kerennya not action talk only.
  2. Senang membantah dan suka mendebat. Tidak terima masukan. Senang menyela. Ego tinggi. Merasa paling besar, paling benar, paling pintar.
  3. Sering mengeluh. Pandai beralasan. Menyalahkan pihak lain atas kegagalan diri.

Memang tidak begitu terlihat masalahnya untuk hal-hal umum dan biasa. Tapi jika kurang ilmu, bicara soal agama atau politik, bisa-bisa memicu debat kusir, keputusan tidak bijak, salah tafsir, penghujatan, konflik.

Yang paling penting disadari, minimal ada satu orang yang paling dan akan sangat dirugikan saat tidak memperbarui ilmu, tidak upgrade kemampuan, yaitu diri sendiri. Dunia terus berkembang, kitapun sudah seharusnya berkembang.


4 Februari 2011. Mencerna ke dalam. Memperhatikan diri. Sepertinya saya masih kurang ilmu. Semangat belajar.

Semoga..

Rabu, 02 Februari 2011
Semakin banyak lobang di jalanan kota Bengkulu.. semakin parah..
Semoga tidak berimbas pada hati para pemimpin..
Semoga tidak banyak lobang menganga di hati para pemuka..


2 Februari 2011. Nyaris telat ke kantor. Buru-buru, banyak lobang baru di jalan. Menyebalkan.