Untuk Apa Berbenah Diri

Senin, 07 Februari 2011

Sudah beberapa bulan mencoba untuk lebih baik, berusaha berbenah diri. Muncul satu pertanyaan penting, untuk apa? Gunakah?

Kadang beban iri melihat yang lebih sukses justru dari cara yang tidak baik. Sukses dengan tidak jujur. Sukses lewat cara korupsi. Sukses dengan mengangkangi aturan. Jadi kenapa harus berbenah?

Tantangan. Cobaan. Hasutan.

Kematian. Tujuan paling puncak dari segala kelakuan. Kehidupan setelah berpulang.

Dia datang kapan saja. Tak pandang siang. Tak pandang malam. Pagi, sore, malam padam peluang.

Dia mampir dimana saja. Tak pandang rumah. Tak pandang sekolah. Kantin, pasar, bengkel berbalut gelisah.

Dia hinggap ke siapa saja. Tak pandang selebritis. Tak pandang kolumnis. Politikus, guru, ustad dibikin meringis.

Tak banyak yang bisa dibagi. Tiap orang berpeluk agamanya sendiri. Berbuat tingkah sesuai ajaran. Jalani hidup penuh kebaikan. Tak perlu iri teman korupsi. Tak perlu segan ke pengangkang aturan. Sukses hakiki tak sebatas umur kehidupan. Tapi cermatilah di ambang kepulangan.



7 Februari 2011. Terinspirasi dari berita di tv. Bahkan orang yang disegani, dihormati, disayangi bisa dipanggil ke pangkuan Ilahi. Tepekur. Semangat berbenah diri.

2 komentar:

  1. RIo Saputra mengatakan...:

    Banyak orang Yang menjadikan Manusia, Mobil, Perhiasan, sebagai TUhan mereka.
    Sesungguhnya apapun yang dilakukan manusia tentu akan bertujuan mendapatkan kebahagiaan. akan tetapi,
    Sesuatu yang sangat beda antara Bahagia dan Kaya. Kaya belum tentu bahagia, tapi Bahagia bisa jadi kaya. Karena kebahagiaan bukan hanya persoalan ada dan tiada,
    tetapi perkara hati yang selalu bersedah diri, kepada ilahai.

  1. afadin mengatakan...:

    @mas Rio: beda bahagia sama kaya ya? jelas beda mas Rio, substansinya aj beda. :)

Posting Komentar

katokito.blogspot.com