Arti Sahabat

Rabu, 05 Januari 2011

Parah. Perih. Kulit muka saya yang biasanya mulus halus, mengelupas. Orang Bengkulu bilang ‘mutung ari’, ntah apa bahasa Indonesianya, suatu keadaan kulit mengelupas setelah beberapa hari sebelumnya terkena sengatan matahari yang sangat terik. Inilah hadiah istimewa di awal 2011.

Tepat tanggal 1 kemarin, lagi asik main futsal bareng kawan-kawan dosen dan pak rektor, seorang kawan asal Sungai Pakning, Bengkalis, Riau, menelepon. Mengabari dia sudah di loket PO SAN (Perusahaan Otobus SAN Putra Jaya) Bengkulu pagi itu. Minta dijemput. Surprise. Sampai juga dia di Bengkulu setelah berencana sekitar 2 tahun. Sendirian. Nekat. Gila. Tak masalah. Tak mungkin ada orang yang mau culik dia. Tak mungkin. Tak mungkin.

Terkenang masa-masa kuliah di Yogyakarta. Susah senang pernah terlewati bersamanya. Kawan lama, sahabat, tempat meradai* di kala cekak; mengadu masalah; becanda; berbagi di kala suka. Senang. Tentu saja. Mampir dia ke kota kecil saya, Bengkulu. Istimewa.

Untuk itu saya harus jadi tuan rumah yang baik. Mengajaknya berkeliling Bengkulu, melihat-lihat tempat wisata jadi menu wajib. Hanya saja, Senin dah masuk kerja. Keterbatasan waktu. Sabtu – Minggu, 2 hari itu harus dimaksimalkan meski hanya sekedar ngider di Kotamadya Bengkulu. Maksimal, termasuk berboncengan di terik siang. Sampai mengelupas kulit muka dibuatnya. Tak apa. Tak apa. Demi karib, hal segini bukanlah masalah.

Berkeliling kami ke tempat wisata; rumah pengasingan ‘Bung Karno’, benteng kuno Inggris ‘Malborough Fort’, Pantai ‘Panjang’, Pantai ‘Tapak Padri’, Danau ‘Dendam Tak Sudah’, Monumen ‘Thomas Park’, Lapangan Merdeka (tempat tugu Bengkulu pernah berdiri. Sekarang? Kau boleh kecewa melihatnya. Dan saya belum mau bahas itu). Tak lupa kami berkunjung ke rumah kawan-kawan kuliah yang menetap di Bengkulu.

Kawan, terima kasih telah berkunjung. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mampir. Takkan terlupa kesenangan ini. Senang karena masih diingat, meski dulu saya pemuda kasar, suka asal, bicara ceplas-ceplos, urakan, jorok, jarang mandi; Senang bisa bercanda, diskusi, berbantah-bantahan seperti jaman kuliah; Senang bisa ikut berkunjung ke tempat wisata, yang walaupun saya lahir dan besar di Bengkulu, sudah 6 – 10 tahun ini tidak pernah saya lakukan. Wisata semakin bagus, meski tata kelolanya belum baik; Senang karena sudah lama tidak sesenang ini.

5 Januari 2011. SAHABAT. Tak lekang oleh waktu. Tak putus dimakan jaman. Semakin memahami arti persahabatan.



*meradai, Bengkulu: meminta sedekah; dalam teks ini bisa berarti meminjam atau meminta uang

4 komentar:

  1. Karina mengatakan...:

    hahaa, ambo kenal maam wiwit, tapi dak pernah diajar kek dio... :D
    pengen jugo din jadi guru, cakmano lah caronyo?

  1. Unknown mengatakan...:

    arti sahabat..wah..kren///!

  1. afadin mengatakan...:

    @ Karina : Mungkin tahap awalnya, jangan berhenti bermimpi Rin.
    @ Nday : Saya sering dengar dari kawan saya tentang indahnya Sungai Pakning. Mudah2an bisa main ke sana.

  1. Unknown mengatakan...:

    hahahha...ketauan mas didin galak idak mandi dari zaman dahulu kala.. :D

    malu2in ambo,,

Posting Komentar

katokito.blogspot.com