Malaria

Kamis, 13 Januari 2011

‘Pelajaran penting. Bolehlah berusaha; bolehlah bekerja keras. Tapi imbangi dengan menjaga diri.’ Status terakhir saya di Facebook dua hari lalu sebelum tumbang karena malaria.

Saya berusaha berubah, berbenah diri. Saya kepingin rajin, tidak malas-malasan seperti jaman kuliah dulu. Saya pengen berusaha keras untuk apapun keinginan saya, bukan berpangku tangan dan menunggu datangnya keajaiban seperti dulu. Saya ingin hadir dalam berbagai kegiatan, tidak diam dan selalu bersikap oposisi terhadap berbagai aktivitas positif. Dan banyak lagi penyesalan akan sikap dan keputusan yang salah di waktu silam, yang ingin saya ubah.

Pulang ke Bengkulu setelah menghabiskan lima tahun lebih di kota pelajar Yogyakarta menjadi kesempatan untuk saya berbenah diri. Tonggak untuk merubah sikap, menjadi pribadi yang baru. Yang lebih baik. Yaah, walaupun masih sering khilaf; masih dalam proses belajar.

Saya berusaha menjadi pribadi yang ceria. Total dalam bekerja. Total dalam bermain. Total dalam berkawan. Total dalam tiap hal. Tapi satu terlupa, saat sampai limitnya, tubuh ringkih ini akan terpuruk dalam sakit, malaria.

Saya bukan dokter, bukan pula orang yang belajar di bidang kesehatan. Tapi itulah (malaria) yang mereka sebut akan penyakit saya. Dari kecil, sebelum sekolah saya sudah divonis malaria. Konon, Bengkulu dulunya endemik malaria. Sekarang sepertinya tidak lagi. Penyakit ini jika tidak diobati dengan terapi, akan berlangsung terus seumur hidup penderita. Hanya saja tidak berefek jika tubuh dalam keadaan fit. Sebatas itu saja yang saya tau. Jika salah, tolong dimaklumi dan diberi petunjuk.

Memang dalam setahun terakhir, sejak menginjakkan kaki di Bengkulu lagi, baru kali ini saya terkapar. Karena terus sehat itulah, saya jadi lupa penyakit lama. Huh, tak ada gunanya menyesal. Mudah-mudahan ke depan gak lupa diri lagi.

Seharusnya, saya pribadi patut bersyukur juga akan penyakit ini. Karena dengan ini, saya bisa tau kapan saya harus berhenti dan meluangkan waktu untuk istirahat. Ya, dari pengalaman selama ini, gejala datangnya malaria bisa dirasakan, perasaan tidak nyaman; agak demam; terasa nyeri saat kulit kita disentuh; terasa sangat dingin tersentuh air. Biasanya reda dengan obat ringan, semisal riboquin, dan tidur sebentar. Lumayan, jika saja saya peduli, saya tentu bisa menjaga diri.

Tidak seperti kemarin yang memang kondisinya menuntut saya untuk tidak diam sebentar, beristirahat. Saya sudah merasakan gejalanya. Tapi saya memaksakan bermain futsal bersama rektor dan kawan-kawan dosen. Saat itulah, saat stamina down, perut mulai mual dan nyeri di ulu hati, saya sadar tidak akan lama saya akan terkapar.

13 Januari 2011. Malaria. Bencana terbesar untuk diri di awal tahun ini. Mengingatkan untuk sedikit beristirahat.

2 komentar:

  1. RIo Saputra mengatakan...:

    Orang Baik Punya Masa Lalu, dan Orang Lalai Punya Masa Depan...
    Sukese selalu Untuk Mas DIdin
    TIdak Ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik.

    Karena tugas Kita adalah untuk senantiasa memperbaharui Cara Berpikir dan Bersikap..

    Akhirnya, Jadilah Seorang Pembelajar sepanjang hayat...

  1. afadin mengatakan...:

    thnx mas Rio. Saya juga mulai bersiap untuk berubah. Karena saya sadar, siapa yang tidak mau berubah, akan dihukum oleh masa depannya sendiri.

Posting Komentar

katokito.blogspot.com