Jalan Kehidupan

Jumat, 21 Januari 2011

Tiap hari bolak-balik kantor berjarak 10 kilo lumayan menginspirasi. Di sela-sela keasikan nyetir, sempat tepikir juga tentang para pengendara. Sedikit perenungan, berkendara* bagaikan menjalani kehidupan.

Jalan yang lurus bukan berarti tak berlobang – sekalipun berusaha hidup lurus, tetap ada cobaan dan khilaf.

Hampir tidak ada jalan yang benar-benar lurus, meski sedikit tetap lenggak-lenggok – lika-liku kehidupan.

Banyak pengendara yang melanggar marka jalan dan aturan lainnya – orang sudah tidak mempedulikan aturan. Asal tidak ketauan petugas keamanan, silakan melanggar. J Menyedihkan.

Lampu kuning harusnya berhati-hati, malah pada ngebut berharap bisa lewat – selalu buru-buru, tidak waspada, tidak peduli aturan. Berbahaya!!!

Saling menyalip – tidak penting siapa yang duluan jalan, yang terdepanlah yang menang. Asal tidak melanggar aturan kecepatan, menang dengan jujur.


* saya membandingkan dengan berkendara di jalanan Bengkulu.




21 Januari 2011. Berkendara juga ada hikmahnya. Hihi..

5 komentar:

  1. Uranus mengatakan...:

    pengalaman emank guru yg ampuh,

    isi ceritny terasa memaksakan diri,
    intiny susah d serap^^

  1. RIo Saputra mengatakan...:

    Orang biasa melihat peristiwa yang terjadi biasa-biasa saja, tetapi orang yang luar biasa dianugrahi mampu melihats setiap hikmah di dalam jejak hidupnya..

    Luar biasa..

  1. Anonim mengatakan...:

    hahahaha
    mas mas..
    jangan liat jalan mlulu mas...
    ntar nabrak lo...
    atau jgn ngelamun juga...
    konsentrasi mas..

    heheheehe

  1. afadin mengatakan...:

    @Uranus: terimakasih sudah berkunjung.
    @Rio: haha, amin. Saya hanya orang biasa yg berharap jadi luar biasa. Trmksh sudah didoakan.
    @Ahmedfikreatif: iya, berapa kali nyaris celaka, untung blm ada undang-undang dilarang melamun saat berkendara. Kalo ada mungkin saya yg paling sering ditilang. :)

  1. Anonim mengatakan...:

    wooo lha ....

Posting Komentar

katokito.blogspot.com